google BUZZ

Rabu, 16 Juni 2010

Asal usul nama Indonesia

Dahulu kepulauan tanah air kita disebut dengan berbagai nama oleh bangsa lain.
1. bangsa Tionghoa menyebut tanah air kita Nan-hai (kepulauan selatan).
2. bangsa India menamai kepulauan ini sebagai Dwipantara (kepulauan tanah seberang)
3. bangsa Eropa menyebut kepulauan kita sebagai Kepulauan Hindia atau Hindia Timur, dapat juga disebut Kepulauan Melayu.
Ketika bangsa Belanda menjajah, mereka menamai kepulauan kita Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda). Pada pendudukan Jepang lagi-lagi kepulauan kita diubah namanya menjadi To-Indo (Hindia Timur).
Eduard Douwes Dekker atau Mutatuli, mengusulkan menyebut tanah air kita yaitu Insulinde (kepulauan hindia). Tahun 1920-an Ernest Francois Eugene Dowes Dekker atau Dr, Setiabudi, mempopulerkan nama Nusantara. Setiabudi mengambil nama itu dari naskah Pararaton. Namun, perlu dicatat pengertian nusantara yang diusulkan Setiabudi berbeda dengan persepsi kata nusantara pada zaman Majapahit. Nusantara digunakan untuk menyebut pulau-pulau di luar Jawa. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka nusantara kini memiliki arti baru yaitu “nusa diantara dua benua dan dua samudera”.



Nama Indonesia
Bahasa Indonesia yang kita kenal sekarang ini tidak muncul begitu saja. Sebab sejarah mencatat bahwa seorang ahli etnologi bahasa Inggris, George Samuel Windsor Earl menggabungkan diri sebagai redaktur majalah Singapura yang bernama Journal of The Indian Archipelago
and Eastern Asia (JIAEA).
Selanjutnya Earl menulis artikel yang berjudul Leading Characteristict of The Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nation, pada majalah JIAEA volume IV tahun 1950, halaman 66-74. didalamnya Earl menegaskan agar penduduk kepulauan Hindia untuk memiliki nama khas. Earl mengajukan pilihan nama; Indunesia dan Malayunesia. Earl sediri memilih nama Malayunesia dari pada Indunesia. Namun, pada perkembangan selanjutnya pengelola JIAEA, James Richardson Logan menulis artikel pada majalah yang sama, dalam artikel itu Logan mengambil istilah Indunesia dari Earl. Dengan mengubah huruf “u” pada Indunesia dengan huruf “o”, menjadi Indonesia, dengan alasan agar ucapannya lebih baik.

Nama Indonesia Pada Perkembangan Politis
Pada tahun 1920 nama “Indonesia” yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama “Indonesia”akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa.
Tahun 1922, atas inisiatif Moh. Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (sekolah tinggi ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah yang mereka terbitkan, Hilang Poetra diganti menjadi Indonesia Merdeka.
Di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924). Pada tahun 1925, Jong Islamieten Bond membentuk kepaduan National Indonesische Padvinderij (Natipij)itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mulamenggunakan nama “Indonesia”. Akhirnya nama “Indonesia”dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjo dan sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi lepada Pemerintah Hindia Belanda agar nama “Indonesia” diresmikan sebagai pengganti nama “Nederlandsch-Indie”. Tetapi Belanda menolak mosi ini.

Peristiwa sejarah yang memegang peranan penting dalam penyebaran bahasa Melayu dalam perkembangannya menjadi bahasa Indonesia yaitu :



a.. Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang kuat dan pusat pendidikan agama Buddha dari abad 7 sampai dengan abad 13. Sriwijaya adalah kerajaan yang pernah berkuasa di seluruh Nusantara bahkan sampai ke Keling, Campa, dan Kamboja (abad 7-14 M) dan memiliki armada angkatan laut. Kota-kota Sriwijaya merupakan Bandar yang ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari berbagai Negara dan kerajaan, karena pada saat itu hubungan perdagangan Tiongkok-India yang melalui jalan darat sedang terganggu oleh perampokan dan kerusuhan.
Maka hubungan lalu lintas itu dialihkan melalui jalan laut. Akibat dari itu Sriwijaya menjadi ramai dikunjungi orang. Lama-kelamaan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan ilmu pengetahuan di Asia Tenggara dan bahasa Melayu dipakai sebagai alat komunikasi. Bahasa ini digunakan sebagai bahasa perdagangan, hukum, pendidikan, administrasi, dan teknologi oleh sebuah kerajaan Buddha, Sriwijaya dan merupakan bahasa yang digunakan peziarah-peziarah Cina ketika mengikuti pelajaran pendahuluan di kerajaan Sriwijaya sebelum melanjutkan perjalanannya ke India (Teeuw, 1967). Peninggalan-peninggalan tertulis bahasa Melayu yang tertua di dalam bentuk Inskripsi di atasa batu ditemukan di Kedukan Bukit dan Talang Tuwo, Sumatera Selatan, yang memberiakan petunjuk bahwa sejak abad 7 sejenis bahasa Melayu telah berfungsi sebagai bahasa resmi di sebuah kerajaan Buddha di Sumatera (Teeuw, 1961). Selain itu terdapat juga kota kapur, pulau Bangka, pada 686 M Dan Karang Brahi, Meringin, daerah Hulu Jambi pada 686M.

b. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran pada abad ke-14. Selama kerajaan Sriwijaya mengalami keeruntuhan satu demi satu kerajaan yang pernah ditaklukannya melepaskan dan memerdekakan diri. Bersamaan dengan itu saudagar-saudagar yang datang dari Persia dan Gujarat berdagang dan mengembangkan agamanya yaitu agama Islam. Saudagar-saudagar itu juga dapat mempengaruhi raja-raja yang ada di pesisir Aceh untuk memeluk agama Islam. Maka berdirilah kerajaan Islam yang pertama di Sumatera yang bernama Samudera Pasai. Mubalig-mubalig yang datang dari Aceh sambil berdagang juga mengembangkan agama Islam ke seluruh Indonesia dengan menggunakn bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.


c. Kerajaan Malaka
Pada abad ke-14 kerajaan Malaka berhasil memerdekakan dirinya dari Sriwijaya. Sejak saat itu kerajaan Malaka menjadi kerajaan yang berkuasa dan mengalami kemajuan pesat. Hal ini disebabkan oleh :
1. Malaka terletak pada jalur pelayaran antara Laut Cina Selatan dan Selat Malaka.
2. Selat malaka merupakan pintu pelayaran dan perdagangan laut antara Timur dan Barat.
Selain itu juga pada masa kerajaan ini sangat berkembang kesusastraan Melayu yang sudah tinggi nilainya. Bahasa Melayu yang sudah dipengaruhi oleh anasir Islam (Arab) telah dipergunakan untuk mengubah hasil-hasil sastra kerajaan.
Pada tahun 1511, Malaka jatuh ke tangan bangsa Portugis dan segala hasil kesusastraan habis terbakar serta rajanya menyingkir ke Pahang dan kemudian pindah ke Bintan sampai akhirnya meninggal pada tahun 1526. Kemudian penggantinya mendirikan kerajaan baru di Johor pada tahun 1530. Pada masa kerajaan ini dibina kembali kesusastraan Melayu sebagai pengganti yang sudah musnah. Hasil Kerajaan Johor yang terkenal adalah kitab Sejarah Melayu yang ditulis pada tahun 1516. Bahasa Melayu yang dipandang sebagai bahasa yang bertradisi yang dipakai pada masa kerajaan ini. Kerajaan Johor mengalami keruntuhan akibat perselisihan dengan Aceh. Kerajaan ini telah meninggalkan warisan berupa hasil-hasil sastra dalam bentuk buku yang ditulis dalam bahasa Melayu.




Perkembangan Bahasa Indonesia Pada Masa Penjajahan Belanda

Pada tahun 1600, perusahaan dagang Belanda (VOC) mulai menjajah nusantara. Selain untuk berdagang mereka juga datang untuk menyebarkan agama Kristen. Maka dari itu mereka mendirikan sekolah-sekolah. Tetapi mereka mengalami kesulitan dalam hal penggunaan bahasa pengantar sebab setiap bahasa daerah memiliki bahasanya masing-masing. Maka dipilihlah bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar tersebut, sebab bahasa Melayu sudah banyak digunakan oleh rakyat. Untuk mengadakan perjanjian dengan raja-raja dan untuk berkomunikasi dengan penduduk asli, Belanda harus menggunakan bahasa Melayu. Karena hal inilah bahasa Melayu sekaan ‘naik derajat’ dari bahasa yang digunakan hanya untuk pergaulan sehari-hari, kini digunakan sebagai bahasa resmi dalam pemerintahan Belanda.
Selanjutnya pada akhir abad ke-19 pemerintah Belanda menerapkan politik etik. Isinya adalah agar rakyat Indonesia tidak hanya dijadikan budak saja, namun diikutesertakan dalam pengembangan kemajuan budaya Eropa. Belanda lalu memberikan pengajaran dan pendidikan yang layak bagi rakyat Indonesia. Pada saat itu, bahasa Belanda merupakan syarat utama untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Pada saat itu ada segolongan bangsa Belanda antara lain Dari. G.J. Nieuwenhuis yang dengan sungguh-sungguh ingin memajukan bahasa Belanda itu secara merata kepada rakyat Indonesia agar pada masa yang akan datang hubungan Belanda dengan daerah jajahannya akan berlangsung terus-menerus. Untuk menanamkan pengaruh dan kebudayaan Belanda di Indonesia, tidak ada jalan lain selain menanamkan bahasa Belanda sedalam-dalamnya pada diri rakyat Indonesia. Hingga tahun 1930, pengaruh Nieuwenhuis dalam penyebaran bahasa Belanda dapat dikatakan amat besar. Namun ada juga segolongan orang Belanda yang menentang Nieuwenhuis karena bila semakin banyak orang Indonesia yang terdidik dan terpelajar maka hal ini sangat membahayakan bagi kelanjutan penjajahan Belanda di Indonesia.
Kaum intelek Indonesia sebenarnya juga sudah memiliki kesadaran nasional karena dengan mereka menggunakan bahasa Belanda merekan akan semakin jauh terpisah dengan rakyat sebab rakyat tidak mengerti bahasa Belanda. Menyadari hal ini orang-orang Indonesia yang terpilih menjadi Dewan Rakyat menuntut agar undang-undang yang mengharuskan pemakaian bahasa Belanda itu diubah. Tuntutan tersebut ternyata dikabulkan oleh pihak Belanda.
Usaha untuk menjaga bahasa Indonesia juga dilakukan oleh Sarekat Dagang Islam dengan selalu menggunakan bahasa Indonesia dan tidak pernah menggunakan bahasa Belanda. Mereka bahkan mengharamkan pemakaian bahasa Belanda.

Peranan Balai Pustaka
Balai Pustaka yang didirikan tahun 1908 dengan nama awal Commissie voor de volkslectuur. Balai Pustaka mengumpulkan cerita-cerita rakyat dan menerbitkannya dalam bahasa Melayu dan bahasa daerah selain menerbitkan buku-buku, Balai Pustaka juga menerbitkan majalah yaitu majalah Panji Pustaka (yang berbahasa Melayu) dan Kejawen (yang berbahasa Jawa).
Pada tahun 1918 Balai Pustaka mendirikan Taman Bacaan pertama yang berbahasa Melayu. Taman Bacaan ini memberikan banyak pengaruh positif, seperti
a. semakin banyak orang Indonesia yang gemar membaca buku berbahasa Melayu
b. semakin banyak tumbuh pengarang-pengarang yang mengarang dengan bahasa Melayu. Seperti roman berbahasa Melayu yang pertama Azab dan Sengsara karangan Merari Siregar.

Secara singkat dapat dikatakan peranan Balai Pustaka:
1. memberikan kesempatan pada pengarang Indonesia untuk mengarang dalam bahasa Melayu
2. memberikan kesempatan pada rakyat untuk membaca buku berbahasa Melayu
3. menciptakan hubungan antara sastrawan dengan rakyat Indonesia, sebab melalui karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami oleh bangsanya dan hal-hal yang menajdi cita0cita bangsanya
4. memperbaiki dan memperkaya bahasa Melayu karena menerbitkan buku dan karangan berbahasa Melayu.


Peranan Angkatan Pujangga Baru
Dengan bertambahnya kesadaran nasional pada masyarakat Indonesia akibat usaha kaum muda yang terpelajar, pemakaian bahasa Melayu semakin meluas. Sebagai puncaknya, pada Kongres Pemuda yang diadakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober 1928, di bawah pimpinan Muhamad Yamin, para pemuda berikrar menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. Pada saat itulah, secara resmi bahasa Melayu untuk bangsa Indonesia diganti namanya menjadi Bahasa Indonesia. Dengan pengakuan ini, kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan semakin kukuh.
Sebagai konsekuensi atas pengakuan tersebut, timbullah pertanyaan. Mampukah bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar ilmu pengetahuan dan kebudayaan modern? Pertanyaan inilah yang kemudian mendorong Sutan Takdir Alisyahbana, Armijn Pane, dan Amir Hamzah untuk menerbitkan majalah Pujanngga Baru (1933). Tujuan penerbitan majalah Pujangga Baru ialah memajukan bahasa dan kesusatraan serta kebudayaan Indonesia. Majalah ini menjadi tempat mencurahkan buah pikiran dan cita-cita para budayawan dan politisi dari seluruh penjuru tanah air. Dan juga sebagai manifestasi tuntunan rasa nasionalisme dalam diri mereka.
Dari rasa nasionalisme yang selalu menggema, maka mereka memprakarsai untuk mengadakan Kongres Bahasa Indonesia yang pertama pada tahun 1938 di Solo. Dalam kongres itu diambil keputusan, antara lain:
a. mendirikan suatu lembaga atau universitas untuk bahasa Indonesia;
b. menentukan dan membakukan istilah-istilah ilmu pengetahuan;
c. membuat ejaan baru untuk bahasa Indonesia;
d. mentukan tata bahasa baru yang sesuai dengan perubahan dan perkembangan yang terdapat dalam bahasa Indonesia;
e. menuntut supaya bahasa Indonesia dijadikan bahasa undang-undang dan bahasa pengantar dalam dewan perwakilan rakyat
Akan tetapi keputusan-keputusan dan tuntutan dalam kongres ini hanya berupan tuntutan belaka, karena pada saat itu pemerintah Belanda tidak merasa perlu untuk menyetujuinya.
Dalam Kongres Bahasa Indonesia satu diputuskan juga supaya diadakan kongres bahasa Indonesia II, tetapi baru setelah kemerdekaan putusan itu dilaksanakan di kota Medan bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda. Kotan Medan dipilih sebagai tempat penyelenggaraan kongres karena menurut Moh. Yamin, Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan pada waktu itu di kota inilah bahasa Indonesia dipakai dan terpelihara baik dalam kalangan rumah tangga maupun dalam masyarakat.

Masa Pascakemerdekaan

Setelah masa merdeka pengakuan constitutional terhadap bahasa Indonesia di dalam UUD 1945 hanyalah perwujudan formal dan lahiriyah dari apa yang telah dialami oleh bahasa Indonesia selama bertahun-tahin sebelumnya seperti yang disebutkan oleh Teeuw (1967) “perubahan dari bahsa Belanda kepada bahasa Indonesia pada than 1942 atau awal 1943 menandai perubahan yang sebenarnya, yang merupakan revolusi yang lebih besar dari pada proklamasi bahasa Indonesia sebagai resmi nasional di dalam UUD 1945” .
Bahasa Indonesia perlu dibakukan untuk memenuhi persyaratan menjadi bahasa yang modern, yaitu bahasa pemerintahan, media dan bahsa pendidikan, cara-cara untuk menghadapinya, yaitu :
o Menyediakan buku-buku teks sekolah untuk semua tingkatan sekolah.
o Menggantikan buku-buku berbahasa Belanda dengan menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
o Menggantikan ejaan Von Ophuijsen.
o Dibentuk lembaga perencanan bahasa untuk membuat istilah – istilah didalam ilmu pengetahuan maupun dalam bidang pekerjaan yang lainnya, menyusun tata bahasa bahasa Indonesia di sekolah-sekolah dasar dan menengah, menyediakan kamus baru untuk mnyempurnakan kamus-kamus yang telah ada bagi keperluan pengajaran bahsa Indonesia di sekolah-sekolah.
Perbedaan pada masa prakemerdekaan dengan pascakemerdekaan, yaitu :


Masa prakemerdekaan
 Pada masa prakemerdekaan, bahasa Indonesia sebagai bangsa yang berbeda dengan bangsa Belanda atau bangsa asing lainnya.
 Bahasa Indonesia dapat mempersatukan etnik-etnik atau organisasi-organisasi yang ada.
 Sikap pemerintah kolonial Belanda dan tentara pendudukan Jepang terhadap bahasa Indonesia yang telah mendorong timbulnya keinginan rakyat untuk mengidentifikasikan atau menganggap dirinya dengan bahasa Indonesia.

Masa pascakemerdekaan
 Bahasa Indonesia sebagai entitas kebudayaan yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa asing.
 Bahasa Indonesia dihubungkan dengan keaslian serta ikatan emosional dengan perjuangan bangsa pada masa prakemerdekaan (pemarka nasionalisme).
 Ditandai dengan nasionisme bahasa.
 Bahasa Indonesia diuji keampuhannya sebagai alat perhubungan untuk tujuan-tujuan transaksional dan interaksional.






KESIMPULAN

Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sejarah bahasa Indonesia dimulai dari bahasa Melayu yang digunakan sebagai Lingua Franca pada masa kerajaan Sriwijaya hingga kedatangan Belanda di Indonesia. Belanda sempat menetapkan peraturan pada rakyat Indonesia untuk menggunakan bahasa Belanda, namun hanya kaum intelektual yang dapat menggunakan bahasa Belanda. Selanjutanya kaum intlektual sadar akan pentingnya bahasa Melayu, maka mereka mengusulkan perubahan peraturan tersebut. Kemudian Balai Pustaka didirikan untuk mengumpulkan dan menerbitkan buku-buku dalam bahasa Melayu. Lalu didirikan juga taman bacaan yang pertama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

wibiya widget

persahabatan

persahabatan
sahabat adalah orang yang menerima segala kelebihan dan kesederhanaan kita